Kamis, 30 Oktober 2008

Mimpi Terindah

Tidak ada komentar:
Malem-malem, enak banget tidur sampe mimpi. Mimpi yang paling indah. Mimpi yang sangat jarang terjadi...

Aku : Zzzzz Zzzzz Zzzzz......

Tuhan : Bangun !!!

Aku : Hmmm.... siapa ya ?

Tuhan : Aku ??? Aku Tuhan, Aku dengar di doamu, kau ingin bicara langsung denganKu, maka doamu Kukabulkan.

Aku : (tertegun) Oh, aku tidak menyangka doaku dikabulkan, lalu kita ada di mana ?

Tuhan : Di dalam mimpimu, ini media paling mudah untuk berbicara.

Aku : (tertegun) Ooooh...

Tuhan : Kudengar di doamu, kau ingin mengajukan pertanyaan kepada-Ku, aku ingin mendengarnya sekarang.

Aku : Benar, bisakah sekarang kumulai ?

Tuhan : Tentu.

Aku : Tuhan, tahukah Engkau bahwa dunia yg Kau ciptakan ini penuh dengan ketidakadilan, banyak orang percaya dianiaya, orang benar menderita, itu tidak adil Tuhan !

Tuhan : Menurutmu, apakah adil, ketika Aku mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosamu ?

Aku : Kalau begitu, semua orang benar harus menderita di dunia, begitu ?

Tuhan : Apakah penderitaan itu selamanya? Mengapa ketika menderita manusia selalu bertanya "mengapa harus aku?" Tetapi, ketika senang, mereka tidak pernah bertanya "mengapa harus aku?"

Aku : Kalau begitu, mengapa banyak orang jahat hidup senang ?

Tuhan : Kau yakin ?

Aku : Ya, walaupun tidak semua ...

Tuhan : Kalau begitu, cobalah jadi jahat, dan lihatlah seberapa lama kau akan senang, kau bisa membuktikannya sendiri.

Aku : Hidup ini terlalu rumit untuk dijalani, mengapa Kau selalu mendatangkan cobaan dan masalah?

Tuhan : Masalah kudatangkan bukan untuk disesali dan dikeluhi, tapi untuk diselesaikan, cobaan kudatangkan untuk menunjukkan adanya diri-Ku, dan perlunya berserah pada-Ku.

Aku : Tapi, setiap masalah datang, aku selalu berdoa meminta jalan keluar, tetapi kadang, kau tidak memberinya ? Mengapa ?

Tuhan : Mengapa ? Pertanyaan bagus, mengapa setiap firman yang Kuperintahkan padamu, kau tidak pernah melakukannya atau selalu menunda-nunda ? Sebelum engkau menuai, menaburlah terlebih dahulu.

Aku : Mengapa manusia tidak pernah puas terhadap dirinya ?

Tuhan : Manusia tidak akan menyadari betapa berharganya sesuatu, sampai mereka kehilangan semuanya.

Aku : Karena itulah Tuhan, mengapa penyesalan selalu datang terlambat ? Itu menyebalkan. ..

Tuhan : Kalau belum terlambat, bukan penyesalan namanya. kalau belum menyesal, manusia tidak akan pernah tahu dimana letak kesalahannya.

Aku : Memang benar, tapi penyesalan selalu mendatangkan penderitaan.

Tuhan : Ketika penyesalan datang, manusia diberi 2 pilihan. Pertama, segera bangkit dan meninggalkan duka-citanya. Itu membuat manusia makin kuat dan terasah. Kedua, berkata : "aku tidak kuat, beban ini terlalu berat untuk dijalani". Itu mendatangkan penderitaan.

Aku : Perlukah aku memelihara doa dan waktu untukMu setiap harinya ?

Tuhan : Perlukah Aku mejagamu dan mengawasimu setiap harinya ?

Aku : Tuhan, seringkali aku sudah berusaha dan berusaha, tapi selau gagal ! Mengapa ?

Tuhan : Berapa kali kau mencoba ?

Aku : Katakanlah 10 kali!

Tuhan : Bagus, kalau begitu kau sudah mengetahui 10 cara yg tidak berhasil. Jangan samakan kegagalan dengan pengalaman. Manusia tidak pernah gagal, sampai dia berhenti berusaha.

Aku : Tapi, semua itu terlalu beresiko Tuhan. Setiap usaha mempunyai resiko.

Tuhan : Sesungguhnya, ketika kau takut mengambil satu resiko, kau telah mengambil resiko yang tersisa, yaitu kau tidak akan pernah berhasil !

Aku : Kalau begitu, bagaimana cara mendapat kesenangan hidup ?

Tuhan : Cintailah dirimu sendiri, dan senantiasa bersyukur. Hidup ini sebenarnya indah. Jika masalah datang, jangan biarkan masalah menguasai dirimu, tetapi belajarlah menguasai masalah. Ah, waktu kita habis, kau sudah harus bangun pagi...

Aku : Kapan kita bisa berbicara sperti ini lagi ?

Tuhan : Kapanpun, sebenarnya jarak kita hanya dipisahkan oleh doa.

Aku : Oke, terima kasih Tuhan atas pembicaraan yg indah ini.

Tuhan : Sama-sama.

Aku pun terbangun dari mimpiku.....

Diambil dari : Milis Diskusi Katolik (Sunday, December 10, 2006)

Rabu, 29 Oktober 2008

Mengasihi Tanpa Mengatakannya

Tidak ada komentar:
Saya ditraktir makan mie di kedai mie yang terkenal. Harganya tidak mahal dan rasanya sangat lezat sekali. Kami duduk di depan meja panjang yang dapat menampung sekitar sepuluh orang bila mengelilingi meja. Meja sudah terisi enam orang, saya, teman saya dan empat orang pengunjung.

Ketika asyik makan, satu keluarga baru duduk di dekat kami. Tepatnya diantara teman saya dan pengunjung lainnya. Mereka telah memesan mie dan sedang menunggu. Keluarga tersebut terdiri dari sepasang suami istri yang masih muda dan seorang anak yang berusia sekitar enam tahun.

Mereka keluarga yang jauh dari sederhana. Pakaiannya agak kusam dan berbau. Si anak kelihatannya baru sembuh dari suatu penyakit yang tidak kami ketahui dan sedang menarik ingusnya keluar masuk. Ingusnya seperti angka sebelas dan terkadang seperti angka satu dengan warna kuning kehijau-hijauan. Si ibu dengan penuh kasih sayang mengelap ingus yang tidak berhenti keluar masuk hidung anaknya. Pasangan itu sangat bahagia melihat anaknya bermain sambil tertawa. Sepertinya makan mie merupakan perayaan menyambut kesembuhannya.
Saat mie datang keluarga tersebut makan dengan lahap. Keadaan tersebut tidak berlaku bagi kami semua terkecuali teman saya.
Bagi kami berlima (termasuk saya) keadaan tersebut merupakan bencana dan penyiksaan. Bayangkan aja, bagaimana rasanya makan mie dengan mencium satu keluarga yang bau badannya tidak enak. Belum lagi melihat dan mendengar ingus yang ditarik keluar masuk dan sesekali dibersihkan oleh ibunya.
Setiap kali memakan mie sambil meminum kuahnya, rasanya seperti ingus telah tercampur dengan makanan dan membuat selera makan hilang. Tidak berapa lama kemudian, keempat pelanggan yang duduk semeja dengan kami meninggalkan meja satu persatu- tanpa menghabiskan makanan. Melihat ini ada rasa kepahitan yang terpancar diwajah keluarga muda itu, seperti rasa rendah diri dan terasing melihat sikap saya dan empat pengunjung lainnya.

Tetapi itu tidak berlangsung lama, terutama saat mereka melihat teman saya, keceriaan mereka pulih kembali. Teman saya tetap menikmati mie dengan segala kecuekannya. Seolah-olah tidak ada bau disekitarnya dan tidak ada suara ingus yang didengar. Saya tidak bisa berbuat banyak selain belajar cuek dan menghabiskan sisa mie. Lagi pula saya ditraktir makan dan tidak berhak mengajukan hal-hal yang aneh-aneh dan tidak sopan.

Selesai makan, kami masih duduk dua puluh menit sebelum meninggalkan kedai makanan. Saya heran dengan tingkah teman saya yang diluar kebiasaannya. Biasanya setelah makan, ia hanya duduk paling lama sepuluh menit. Sekali lagi saya harus mengikuti kemauan teman saya dengan jengkel.

Akhirnya kami keluar meninggalkan kedai dan keluarga muda tadi, saya merasa lega. Dalam perjalanan pulang, teman saya mengatakan ia sangat terganggu duduk di samping keluarga tersebut. Ia merasakan rasa bau dan merasa terganggu dengan suara ingus anaknya. Ia merasakan tepat seperti yang saya rasakan.

Teman saya juga mengatakan, jika ia meninggalkan keluarga tersebut di saat mereka bergembira, keluarga itu akan merasa terpukul, tidak berharga, terasing dan putus asa. Si suami sedang memberi yang terbaik bagi keluarganya. Mereka bersukacita merayakan kesembuhan anaknya. Si suami telah mengeluarkan uang yang bagi mereka cukup mahal dari hasil kerja keras hanya untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Uang itu tidak begitu banyak untuk ukuran kami tetapi tidak bagi keluarga itu.

Saya sangat terkejut mendengar penuturan teman saya. Dan tidak menyangka teman saya telah melakukan sesuatu yang luar biasa bagi keluarga itu. Dengan caranya yang khas, bertahan makan mie sampai habis dan menunggu dua puluh menit setelah makan, telah memberi semangat baru bagi keluarga itu.

Saya teringat bagaimana rasa kepahitan, rendah diri dan terasing di wajah kedua suami istri ketika melihat pelanggan yang lain meninggalkan meja tanpa menghabiskan makanan dan melihat tingkah saya. Saya juga teringat bagaimana pasangan ini kembali ceria begitu melihat sikap teman saya yang cuek.

Pertama kali dalam hidup ini, saya menyadari dan menyaksikan bagaimana mengasihi sesama tanpa mengatakan sesuatu benar-benar tidak mustahil. Ini benar-benar keajaiban. Ajaib bagaimana semua ayat-ayat di dalam Alkitab tentang mengasihi sesama dapat diwujudkan tanpa perkataan dalam waktu sesingkat itu. Cukup hanya dengan meneruskan makan mie sampai habis. Masa bodoh dengan sikap saya dan pengunjung lain yang tidak terpuji. Menunggu dua puluh menit setelah selesai makan. Yang terakhir menahan rasa bau untuk menyempurnakan segalanya telah menunjukkan suatu keajaiban kasih dan dilakukan oleh seorang teman.

Ajaib bagaimana teman saya menegor saya tanpa mengatakan sesuatu. Ia tidak menuduh tetapi cukup telak memukul saya. Saya merasa sangat terpukul, malu tetapi tidak marah. Saya kembali mengingatkan diri sendiri bagaimana mudahnya mengatakan mengasihi sesama tetapi tidak melakukannya.

Iman terdiri dari tiga unsur; pengetahuan, keselarasan dan perbuatan. Pengetahuan dan keselarasan penting bagi perbuatan, tetapi tanpa perbuatan, pengetahuan dan keselarasan hanyalah sia-sia.

Oleh : Andiko Trikasi

Saya Bersamamu Sayang

Tidak ada komentar:
Seorang anak lahir setelah 11 tahun pernikahan. Mereka adalah pasangan yg saling mencintai dan anak itu adalah buah hati mereka. Saat anak tersebut berumur dua tahun, suatu pagi si ayah melihat sebotol obat yg terbuka. Dia terlambat untuk ke kantor maka dia meminta istrinya untuk menutupnya dan menyimpannya di lemari. Istrinya, karena kesibukannya di dapur sama sekali melupakan hal tersebut.

Anak itu melihat botol itu dan dengan riang memainkannya. Karena tertarik dengan warna obat tersebut lalu si anak memakannya semua. Obat tersebut adalah obat yg keras yg bahkan untuk orang dewasa pun hanya dalam dosis kecil saja. Sang istri segera membawa si anak ke rumah sakit. Tapi si anak tidak tertolong. sang istri ngeri membayangkan bagaimana dia harus menghadapi suaminya.

Ketika si suami datang ke rumah sakit dan melihat anaknya yang telah meninggal, dia melihat kepada istrinya dan mengucapkan 3 kata.

Sang Suami hanya mengatakan "SAYA BERSAMAMU SAYANG"

Reaksi sang suami yang sangat tidak disangka-sangka adalah sikap yang proaktif. Si anak sudah meninggal, tidak bisa dihidupkan kembali. Tidak ada gunanya mencari-cari kesalahan pada sang istri. lagipula seandainya dia menyempatkan untuk menutup dan menyimpan botol tersebut maka hal ini tdk akan terjadi.


Tidak ada yg perlu disalahkan. Si istri juga kehilangan anak semata wayangnya. Apa yg si istri perlu saat ini adalah penghiburan dari sang suami dan itulah yg diberikan suaminya sekarang.

Jika semua orang dapat melihat hidup dengan cara pandang seperti ini maka akan terdapat jauh lebih sedikit permasalahan di dunia ini.


"Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah kecil"

Buang rasa iri hati, cemburu, dendam, egois dan ketakutanmu. Kamu akan menemukan bahwa sesungguhnya banyak hal tidak sesulit yang kau bayangkan.

MORAL CERITA

Cerita ini layak untuk dibaca. Kadang kita membuang waktu hanya untuk mencari kesalahan org lain atau siapa yg salah dalam sebuah hubungan atau dalam pekerjaan atau dengan org yg kita kenal. hal ini akan membuat kita kehilangan kehangatan dalam hubungan antar manusia.